Aku sudah berencana menutup akun ini, mengapa? Karena disinilah kutulis aib-aibku yang tak pernah ku ceritakan kepada siapapun, kecuali Allah.
Ah.. Aku pernah bercerita ketika pertama kali aku bekerja di perusahaan itu aku tak punya teman, nyaris seluruh bagianku adalah laki-laki, yang aku selalu canggung bila berdekatan dengan mereka. Aku tau sikapku, perangaiku, hobi ku dan cara berfikirku mungkin justru menyerupai laki-laki, tapi sungguh aku tak pernah bisa nyaman jika berdekatan dengan mereka. Dan alhasil aku tak punya teman disana. Aku mengadu pada Allah, ya.. Rabb.. Mengapa kau pindahkan aku kesini? Aku tak punya teman ya Rabb, bagaimana aku bisa bertahan disini. Dan ia menjawab do'a itu ketika seorang wanita menyapa ku di jemputan, dan tiba-tiba ada dua orang wanita menghampiriku saat sarapan, dan mereka makan bersamaku. Betapa bahagianya aku. Lebih bahagia lagi ketika ku putuskan untuk pindah kontrakan yang lebih dekat dengan tempat kerja. Allah memberiku seorang teman berwujud tetangga. Luar biasa ketika dia mengajajku mendekat pada sang pemilik kehidupan dan tanpa sadar waktu itu aku yang sedang rindu dengan seseorang menerima ajakannya. Datanglah kami ke kajian.. Itulah mungkin awal kita pergi bersama kekajian bertiga.
Waktu berjalan dan kita semakin dekat, semakin rutin mengikuti kajian dan seakan kajian adalah kebutuhan kita. Aku bersyukur yaa.. Rabb.. Kau berikan aku teman yang baik, ana uhibuki fillah, aku mencintaimu karrna Allah. Bukan, bukan cinta antara aku dan lawan jenisku. Tapi cinta yang lahir karrna melaluinya jalan yang Allah tunjukkan untuk mendekat pada Allah. Bahkan dengannya aku melupakan segala urusan cintaku terhadap lawan jenis ku, karena aku yakin satu-satunya yang berhak dicintai hanyalah Allah, dan itu akan melahirkan cinta yang tulus kepada manusia. Bukan bearti LGBT yaa.. Ini murni cinta karena Allah.
Ah.. Aku pernah bercerita ketika pertama kali aku bekerja di perusahaan itu aku tak punya teman, nyaris seluruh bagianku adalah laki-laki, yang aku selalu canggung bila berdekatan dengan mereka. Aku tau sikapku, perangaiku, hobi ku dan cara berfikirku mungkin justru menyerupai laki-laki, tapi sungguh aku tak pernah bisa nyaman jika berdekatan dengan mereka. Dan alhasil aku tak punya teman disana. Aku mengadu pada Allah, ya.. Rabb.. Mengapa kau pindahkan aku kesini? Aku tak punya teman ya Rabb, bagaimana aku bisa bertahan disini. Dan ia menjawab do'a itu ketika seorang wanita menyapa ku di jemputan, dan tiba-tiba ada dua orang wanita menghampiriku saat sarapan, dan mereka makan bersamaku. Betapa bahagianya aku. Lebih bahagia lagi ketika ku putuskan untuk pindah kontrakan yang lebih dekat dengan tempat kerja. Allah memberiku seorang teman berwujud tetangga. Luar biasa ketika dia mengajajku mendekat pada sang pemilik kehidupan dan tanpa sadar waktu itu aku yang sedang rindu dengan seseorang menerima ajakannya. Datanglah kami ke kajian.. Itulah mungkin awal kita pergi bersama kekajian bertiga.
Waktu berjalan dan kita semakin dekat, semakin rutin mengikuti kajian dan seakan kajian adalah kebutuhan kita. Aku bersyukur yaa.. Rabb.. Kau berikan aku teman yang baik, ana uhibuki fillah, aku mencintaimu karrna Allah. Bukan, bukan cinta antara aku dan lawan jenisku. Tapi cinta yang lahir karrna melaluinya jalan yang Allah tunjukkan untuk mendekat pada Allah. Bahkan dengannya aku melupakan segala urusan cintaku terhadap lawan jenis ku, karena aku yakin satu-satunya yang berhak dicintai hanyalah Allah, dan itu akan melahirkan cinta yang tulus kepada manusia. Bukan bearti LGBT yaa.. Ini murni cinta karena Allah.
